Komunikasi dalam berbisnis
Etika
komunikasi dalam berbisnis mencakup tatanan nilai moral dan standar-standar
perilaku yang harus dihadapi oleh para pelaku bisnis sewaktu mereka membuat
keputusan dan memecahkan masalah. Akan tetapi, menentukan apa yang etis atau
pantas atau tidak bukanlah hal yang selalu mudah dilakukan bagi perusahaan
sebagai perilaku bisnnis. Jika bersikap kurang etis dapat merusak reputasi
perusahaan, oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk menjalankan kode etik
secara wajar dan konsisten.
Kode etik adalah pernyataan
tertulis mengenai standar perilaku dan prinsip-prinsip etis yang diharapkan
perusahaan dari karyawan.
Etika bisnis tidak terbatas hanya
mengetengahkan kaidah-kaidah berbisnis yang baik (standar moral) dalam
pengertian transaksi jual beli produk saja. Etika juga menyangkut kaidah yang
terkait dengan hubungan manajemen dan karyawan. Apa karakteristik yang lebih
rinci dari masalah deviasi etika bisnis seperti itu di dalam perusahaan? Yang
paling nyata terlihat adalah terjadinya konflik atasan dan bawahan. Hal ini
timbul antara lain akibat ketidakadilan dalam penilaian kinerja, manajemen
karir, manajemen kompensasi, dan sistem pengawasan dan pengembangan SDM yang
diskriminatif.
Semakin
diskriminatif perlakuan manajemen terhadap karyawannya semakin jauh perusahaan
menerapkan etika bisnis yang sebenarnya. Pada gilirannya akan menggangu proses
dan kinerja bisnis perusahaan. Namun dalam prakteknya pembatasan sesuatu
keputusan manajemen itu etis atau tidak selalu menjadi konflik baru. Hal ini
karena lemahnya pemahaman tentang apa itu yang disebut etika bisnis, masalah
etika, dan lingkup serta pendekatan pemecahannya.
Wujud
dari masalah etika berkomunikasi dalam bisnis dapat dicirikan oleh adanya
faktor-faktor:
(1) berkaitan dengan hati nurani,
standar moral, atau nilai terdalam dari manusia,
(2) karena masalahnya rumit, maka
cenderung akan timbul perbedaan persepsi tentang sesuatu yang buruk atau tidak
buruk; membahagiakan atau menjengkelkan,
(3) menghadapi pilihan yang serba
salah, contoh kandungan formalin dalam produk makanan; pilihannya kalau mau
dapat untung maka biarkan saja tetapi harus siap dengan citra buruk atau
menarik produk dari pasar namun bakal merugi, dan
(4) kemajemukan faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan; misalnya apakah perusahaan perlu menggunakan teknologi
padat modal namun dilakukan PHK atau padat karya tetapi proses produknya akan
kurang efisien.
Berdasarkan hal itu
setidaknya ada satu pertanyaan mendasar yang menggelitik pemikiran kita dan
perlu dicarikan jawabannya, yaitu faktor apa yang membuat mereka melakukan
berbagai bentuk pelanggaran dan penyimpangan dalam perdagangan tersebut. Atau
apa penyebab para pedagang yang beragama kerap kali melanggar hal-hal yang
dilarang oleh agama, seperti mengurangi timbangan, tidak fair dalam
menawarkan barang dagangannya, tidak tepat janji, dan masih banyak hal yang
menyebabkan citra sebagai pedagang menjadi tidak baik.
Dari hasil pengamatan dan penelitian peneliti,
terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya penyimpangan dan pelanggaran dalam
perdagangan sebagai berikut:
1. Pedagang karang mengenal psikologi
pembeli/konsumen, unit usahanya kecil, bahkan mungkin harus membeli barang
dagangannya dengan utang, biaya tinggi.
2. Pedagang kurang mengenal atau kurang menaati
tuntunan agamanya, sehingga tidak mampu bersaing dengan unit usaha yang lebih
besar.
3. Rendahnya pendidikan dan pengetahuan pedagang dan
konsumen.
4. Budaya dan perilaku kasar
Konsumen yang keberadaannya sangat tidak terbatas,
dengan strata yang sangat bervariasi menyebabkan para produsen (pedagang) dalam
melakukan kegiatan pemasaran dan distribusi produk barang atau jasa dengan
cara-cara yang seefektif mungkin agar dapat mencapai konsumen yang sangat
majemuk tersebut.
5. Rendahnya tingkat pengawasan dan tidak tegaknya aturan
hukum yang salah satunya disebabkan oleh rendahnya tingkat pengawasan dari
pihak yang berwenang.
6. Persaingan pasar
Naiknya harga BBM dan belum piliknya krisis ekonomi
telah berimbas kepada rendahnya daya beli masyarakat. sehingga meningkatnya
persaingan pasar. Para pedagang berebut pelanggan. Kondisi itu menyebabkan
pedagang berupaya menjangkau dan mencari pelanggan sebanyak mungkin, sehingga
segala upaya pun ditempuh, termasuk cara-cara curang dan amoral sekalipun.
7. Tingginya tuntutan ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar