Ine Puspita Sari (sahabat Belinda di Quarter Life Fear) memiliki hidup yang mungkin membuat banyak orang iri terhadapnya. Wajah yang jelita dan penampilan dengan style yang modis. Karir yang sukses. Pasti dapat menggaet cowok-cowok kaya dan keren. Kalau sedang mau dan berminat. Tapi ternyata Ine menyadari bahwa dirinya tidak bahagia. Ine hanya merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, tapi apa? Apakah karena Ine kurang puas dengan jabatannya sebagai creative director di ad agency ternama? Atau karena Ine belum menemukan pendamping yang sesuai untuknya?
Ine kerap dihadapkan pada berbagai pilihan yang berujung dilema. Terkadang semua pilihan dalam hidupnya sama bagusnya atau sama buruknya. Ketika Ine harus memilih antara karir cemerlangnya atau menunggui Belinda sahabatnya yang akan melahirkan, manakah yang akan Ine pilih?
Disaat yang genting bagi Ine, ketika sahabatnya Belinda yang akan melahirkan tetapi ia harus memimpin sebuah proyek besar karena jabatannya sebagai creative director yang nantinya akan berujung kesuksesan untuk proyek yang dijalankannya. Dilema pun menghampiri hidup Ine. Ine yang saat itu harus mengambil keputusan yang tegas dalam hidupnya. Pilihan yang tegas dan cerdas itu, akhirnya membuahkan kebahagiaan bagi dirinya, sahabatnya dan karir yang dijalaninya.
Ine pun sangat bahagia dengan hari-hari yang ia jalani. Akan tetapi dilema pun tak hentinya mengahampiri hidup seorang Ine, wanita yang cantik dengan karir yang sukses. Dalam hal percintaan pun Ine kerap dihadapkan dengan dua pilihan pria untuk menjadi pendamping hidupnya yang sempurna.
Disaat umur wanita yang sudah cukup untuk menikah dengan kesuksesannya dalam berkarir. Ine selalu didesak pihak keluarga untuk cepat dalam memilih pendamping hidupnya. Dua orang cowo yang mendekatinya masuk dalam kriteria pendamping impian Ine. Semakin sulit untuk memilih. Antara seorang pengusaha sukses atau seorang pianis terkenal? Marco atau Mr. B?
Dilema terberat dalam hidupnya pun harus ia dihadapi dengan lebih bijak, cerdas dan mengikuti kata hati yang tulus. Pilihan Ine pun tertuju pada Marco seorang pengusaha sukses yang sudah lama dikenalnya. Pilihan yang cerdas dan tidak meleset membuat kehidupan Ine semakin sempurna.
Dengan keyakinan hati dan kebijakan dalam memilih sesuatu yang kerap dihadapi seorang Ine pun selalu membuahkan kebahagiaan yang ia impikan. Hidupnya pun berada dalam kesempurnaan. Akan tetapi ia berfikir, kalau sebuah kehidupan itu tidak ada yang sempurna. Dengan usaha dan keyakinan yang akan membuat impian kita dapat terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar